Keikhlasan Abdullah Ibn Al Mubarak

 

Suatu hari, Abdullah ibn al-Mubarak duduk bersama Abdullah biin Sinan dan Mu’tamir bin sulaiman di kota Tharsus. Saat mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba orang-orang berteriak menyerukan adanya panggilan untuk berjihad. Abdullah ibn al-Mubarak pun keluar dan berkumpul bersama dengan orang-orang yang akan berangkat ke Medan jihad.

Setelah semua perlengkapan perang disiapkan, Abdullah ibn al-Mubarak bersama pasukan kaum muslimin lainnya pun berangkat. Ketika pasukan kaum muslimin lainnya pun berangkat. Ketika pasukan kaum muslimin dan pasukan orang-orang kafir telah berhadapan, masing-masing saling mengawasi dan siap bertempur untuk saling mengalahkan.

Namun, sebelum pertempuran antara kedua belah pihak itu terjadi, keluarlah salah seorang prajurit Romawi di tengah-tengah kedua pasuka itu. Ia menantang pasukan kaum muslimin untuk melakukan pertempuran satu lawan satu. Hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan dalam setiap pertempuran sebelum dilakukan pertempuran besar.

Lalu, salah seorang prajurit dari kaum muslimin keluar dan mulai berhadapan denga prajurit romawi tersebut. Secara tiba-tiba, prajurit Romawi itu mengentak tali kekang kudanya dan bergerak kearah prajurit muslim itu. Terjadilah pertempuran yang cukup sengit di antara keduanya. Mereka saling menyabetkan pedang ke a rah lawan. Beberapa saat kemudian, prajurit muslim itu jatuh terkena sabetan senjata dari  Prajurit Romawi itu hingga gugur sebagai syahid.

Kemenangan prajurit Romawi itu membuat dirinya kembali berteriak-teriak menantang prajurit muslim lainnya. Kemudian,  muncullah salah seorang prajurit muslim dan pertempuran kembali terjadi. Namun, kekuatan prajurit Romawi ini kembali mampu mengalahkan prajurit muslim yang melawannya.

Pertempuran itu terus berlanjut hingga enam orang prajurit dari kaum muslimin gugur sebagai syahid di tangan prajurit romawi itu. Kemenangan yang berturut-turut diperolehnya membuat makin sombong. Ia berjalan di antara kedua pasukan yang berhadapan sambil terus berteriak memantang kaum muslim untuk perang tanding. Namun, kini tidak ada satu pun yang berani keluar untuk melawannya.

Abdullah ibn al-Mubarak, yang berada di tengah-tengah pasukan kaum muslimin,  mulai merasa kesal dengan kesombongan yang diperlihatkan oleh prajurit romawi itu. Lalu, ia berpaling ke arah Abdullah bin Sinan yang ada di samping seraya berkata, ”Wahai, Abdullah,jika aku terbunuh, aku mohon selesaikan semua hal yang belum aku selesaikan.”

Abdullah bin Sinan menganggukkan kepala tanda menyanggupi. Ia sadar bahwa sebentar lagi Abdullah ibn al-Mubarak akan melakukan sesuatu saat itu. Tak berapa lama kemudian, dilihat Abdullah ibn al-Mubarak menutupi wajah untuk melawan prajurit Romawi itu.

Tidak perlu menunggu waktu lama, Abdullah ibn al-Mubarak langsung menyerang prajurit Romawi dengan pedagangnya. Kali ini, prajurit Romawi terdesak dengan serangan bertubi-tubi dari Abdullah ibn al-Mubarak. Ketika prajurit Romawi itu makin terdesak, tiba-tiba sebuah serangan yang sangat,  mendadak mengenai tubuh prajurit Romawi itu hingga terjatuh dari kudanya. Prajurit Romawi itu pun mati dan di sambut dengan pekikan takbir dari pasukan kaum muslimin.

 Setelah menang, Abdullah ibn al-Mubarak lalu menantang pasukan Romawi yang lain untuk adu tanding hingga keluar salah satu dari mereka untuk menghadapi Abdullah ibn al-Mubarak. Kembali pertempuran terjadi dan kali ini masih dimenangkan oleh Abdullah ibn al-Mubarak. Pertempuran terus berlanjut hingga akhirnya beliau berhasil mengalahkan dan membunuh enam orang prajurit Romawi. Beliau kembali mencoba untuk menantang prajurit Romawi, namun setelah beberapa lama di tunggu, tidak ada satu prajurit Romawi pun yang berani berhadapan dengannya.

Akhirnya, Abdullah ibn al-Mubarak memacu kudanya kembali ke tengah-tengah pasukan. Keberadaan seperti menghilang begitu saja. Wajahnya yang ditutup kain sorban membuat semua pasukan muslimin tidak mengetahui siapa sebenarnya prajurit muslim yang telah mengalahkan prajurit-prajurit Romawi itu.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui muhajid  gagah berani itu selain Abdullah bin Sinan. Dia mengetahui saat Abdullah ibn al-Mubarak kembali berada disampingnya dan berkata,” Wahai Abdullah, sungguh jika engkau menceritakan bahwa akulah yang maju ke ajang perang tanding itu kepada siapa pun, sementara aku masih hidup, engkau akan merasakan akibatnya…”

Ucapan Abdullah ibn al-Mubarak seakan-akan ingin menegaskan bahwa apa yang telah dilakukannya hanya karena Allah semata, bukan untuk diketahui manusia atau mendapatkan pujian dari manusia. Biar Allah saja yang mengetahuinya.

Comments