Dahulu kala, raja-raja sangat bergantung kepada para tukang sihir untuk menjaga kerjaan mereka. Sihir digunakan untuk menipu rakyat hingga rakyat menganggap raja mereka adalah tuhan.
Rasulullah saw. Menceritakan bahwa ada seorang raja yang mempunyai pembantu seorang tukang sihir yang sudah tua. Tukang sihir itu merasa khawatir ajalnya tinggal sebentar lagi. Oleh karena itu, ia meminta kepada Sang raja untuk mencarikan seorang murid agar ia bisa menurunkan semua ilmunya kepada murid tersebut. Sang raja pun mengabulkan permintaan tukang sihir. Tukang sihir sangat senang ketika murid yang diinginkannya telah datang. Ia pun mulai mengajarkan keahliannya untuk dipelajari oleh Sang murid.
Suatu hari, ketika pulang dari istana, Sang murid berjalan melewati suatu tempat yang merupakan tempat tinggal seorang ahli ibadah. Ia bahkan sempat bertemu dengan ahli ibadah tersebut. Pertemuan itu sangat membekas dalam hati sang murid karena Si Ahli Ibadah menyampaikan sesuatu yang menurutnya sangat baik bagi kehidupannya. Ketertarikan makin kuat ketika Si Ahli Ibadah memberitahukan lebih banyak hal tentang kebenaran.
Ketertarikan tehadap ahli ibadah tersebut membuatnya senantiasa mampir sebelum pergi ke istana tempat Si Tukang Sihir mengajarkan ilmunya. Begitu pula ketika dalam perjalanan pulang, ia selalu mampir terlebih dahulu ke tempat ahli ibadah tersebut.
Tentu saja hal ini membuat Sang Murid sering terlambat sampai istana, atau saat pulang kerumahnya. Tukang Sihir sering kali marah dan memukuli atas keterlambatannya tersebut. Hal ini membuat dirinya murung saat mendengarkan nasihat dari Ahli Ibadah. Si Ahli ibadah melihat kesedihan di wajah Sang Murid dan kemudian bertanya,”Nak, apa yang yang telat terjadi dengan dirimu? Wajahmu tampak sedih dan binggung.”
Sang Murid lalu berkata,”Tuan sesungguhnya saya sangat senang berada disini mendengarkan semua nasihat Tuan. Namun, saya disini membuat saya terlambat datang ke istana guna menerima pelajaran darinya.”
Si Ahli ibadah tersenyum mendengar jawaban Sang Murid. Ia sangat mengerti keadaan pemuda yang ada dihadapannya ini. Lalu, ia berkata,”Anakku,janganlah engkau khawatir dengan keadaanmu. Jika engkau terlambat datang ke istana, katakana kepada tukang sihir itu membuat keluargamu menahanmu untuk datang tepat waktu. Jika engkau terlambat pulang kerumah,katakan kepada keluargamu bahwa Si Tukang Sihir menahanmu untuk pulang tepat waktu.”
Sang Murid merasa sangat senang karena telah menemukan alasan jika ia terlambat datang ke istana atau pulang terlambat. Ia pun kemudian mengucapkan terima kasih kepada Si Ahli Ibadah.
Pada suatu hari, Ketika dalam perjalanan,Sang Murid melihat sekor binatang yang sangat besar menghalangi jalan umum yang serig dilewatinya. Tiba-tiba saja,ia berpikir bahwa sekaranglah saatnya untuk menentukan siapa yang harus diikutinya, Si Tukang Sihir atau Si Ahli Ibadah.
Ia pun kemudian mengambil sebuah batu seraya berkata,” Ya Allah jika ajaran Si Ahli Ibadah lebih engkau ridhoi dari pada ajaran Si Tukang Sihir, bunuhlah binatang besar yang ada dihadapanku ini sehingga orang-orang bisa melanjutkan perjalannya.
Lalu, dengan sekuat tenaga, batu yang ada ditangannya dilemparkan ke arah binatang besar itu. Binatang besar itu langsung mati saat batu yang dilempar tadi mengenai tubuhnya. Orang-orang yang menyaksikannya menyangka bahwa binatang besar itu mati karena terkena ilmu sihir yang dimiliki Sang Murid.
Setelah itu, Sang Murid pergi menemui Si Ahli Ibadah dan menceritakan kejadian yang telah dialaminya. Si Ahli Ibadah sangat kagum dengan sikap yang diperlihatkan pemuda itu. Ia lalu berkata,”Anakku, hari ini engkau telah memperlihatkan dirimu sebagai orang yang lebih hebat dariku. Suatu hari nanti, engkau akan mendapatkan ujian dan cobaan yang berat. Oleh karena itu,tetaplah bersabar dalam menghadapinya. Aku juga berpesan kepadamu, janganlah engkau memberitahukan tentang diriku kepada siapapun.” Sang Murid menganggukkan kepala.
Beberapa waktu kemudian, Allah menganugerahi Sang Murid kemampuan untuk bisa menyembuhkan penyakit buta,kusta, dan lainnya. Sang Murid menyadari betul bahwa kemampuannya tersebut merupakan anugerah Allah swt. Selain itu berdakwah mengajak manusia untuk beriman kepada Allah swt, Sang murid senantiasa mengobati dan menyembuhkan orang-orang yang sakit. Berita tentang kemampuan Sang Murid menyebar ke seluruh pelosok negeri.
Seorang pembantu raja di istana yang buta mengetahui kemampuan Sang Murid. Ia pun mendatangi Sang Murid dan meminta untuk menyembuhkan matanya yang buta. Sang Murid kemudian berkata,”Sebenarnya aku tidak mampu menyembuhkan seorang pun, tetapi Allah lah yang menyembuhkannnya. Jika engkau mau beriman kepada Allah swt, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.”pembantu raja itu pun menyatakan keimanannya kepada Allah dan Allah menyembuhkan matanya sehingga ia bisa melihat kembali.
Suatu hari,pembantu raja itu bertemu dengan Sang Raja. Sang Raja sangat heran karena mata pembantunya itu kini telah sembuh. Sang Raja lalu bertanya kepada pembantunya itu kini,”Siapakah yang telah menyembuhkan matamu itu?”
Lalu, pembantu raja menjawab,”Tuhanku Allah.”
Kening Sang Raja tampak berkerut mendengar jawaban pembantunya. Ia sangat kaget dengan jawaban pembantunya itu. Lalu, Sang Raja bertanya kembali,” Apakah kamu mempunyai tuhan selain aku?”
“Tuhanku adalah Tuhanmu, yaitu Allah.” Jawab pembantu raja itu dengan tenang tegas.
Mendengar jawaban pembantunya itu, Sang Raja menjadi marah. Lalu, Ia memerintahkan agar pembantunya itu ditahan dan disiksa hingga memberitahukan nama orang yang telah menyembuhkan matanya.
Singkat cerita, Sang Murid dihadapkan sebagai kepada Sang Raja. Sang Raja mengenal pemuda yang ada dihadapannya sebagai murid tukang sihirinya. Sang Raja lalu berkata,” Anak Muda, kemampuan sihirmu ku dengar mampu menyembuhkan orang buta, penderita kusta, dan berbagai penyakit lainnya.”
Sang Murid kemudian menjawab,”Aku tidak menyembuhkan seorang pun, Tetapi Allah-lah yang menyembuhkannya.”
Rupanya,jawaban yang didengar Sang Raja sama dengan jawaban dari pembantunya. Sang Raja pun marah dan memerintahkan pengawalnya untuk menahan Sang Murid dan menyiksanya. Siksaan yang bertubi-tubi diterima Sang Murid hingga akhirnya ia memberitahukan bahwa yang mengajarkannya adalah Si Ahli Ibadah.
Lalu, Si Ahli Ibadah dihadapkan kepada sang raja dan di paksa untuk keluar dari keyakinannya. Namun,Si Ahli Ibadah menolak keinginan Sang Raja. Sang Raja begitu marah dengan sikap Si Ahli Ibadah. Akhirnya, ia memerintahkan pengawalnya untuk menghukum mati Si Ahli Ibadah.
Giliran pembantu raja tiba, ia pun dipaksa untuk keluar dari apa yang telah diyakininya hingga Sang Raja pun menghukum matinya dirinya. Sang Raja lalu memerintahkan pengawalnya untuk membawa Sang Murid ke hadapannya. Kembali Sang Raja memaksa Sang Murid seraya berkata,”Keluarlah dari agamamu!”
Sang Murid hanya tersenyum mendengar keinginan Sang Raja yang begitu memaksa. Lalu ia pun berkata dengan tegas,” Aku telah yakin kepada Allah dengan segenap jiwaku dan aku tidak pernah menuruti kemauan anda.”
Jawaban Sang Murid kembali membuat Sang Raja marah. Ia pun memerintahkan pengawalnya seraya berkata,” Bawa pemuda ini ke atas bukit yang tinggi,lalu panjat tebingnya. Jika kalian telah sampai ke puncak, lemparlah pemuda ini, kecuali kalau dia mau keluar dari agamanya.”
Para pengawal membawa Sang Murid ke puncak bukit. Ketika mereka sampai disana, Sang Murid lalu berdoa kepada Allah,” Ya Allah, lindungilah hamba dari mereka dengan cara apa saja yang Engkau kehendaki.” Tiba-tiba saja bukit itu berguncang sehingga orang-orang yang membawa Sang Murid itu berjatuhan dari atas bukit. Kemudian, Sang Murid kembali menemui Sang Raja.
Sang Raja merasa heran melihat Sang Murid ternyata masih hidup. Ia lalu bertanya,” Apa yang tejadi dengan orang-orang yang membawamu?”
Sang Murid menjawab,” Allahlah telah melindungiku dari mereka.”
Sang Raja sangat kesal melihat Sang Murid selamat dan masih tetap memegang teguh keyakinannya. Ia pun memerintahan pengawalnya yang lain unutkn membawa dan berkata,”Bawalah ia denga perahu ke tengah laut. Lalu, lemparkan pemuda ini, kecuali kalau dia mau keluar dari agamanya.”
Para pengawal langsung pergi membawa Sang Murid ke tengah laut dengan menggunakan perahu. Sang Murid kemudian kembali berdoa,Ya Allah, lindungi hamba dengan cara apa saja yang Engkau kehendaki.” Tiba-tiba perahu yang mereka tumpangi terbalik dan para pengawalnya itu tenggelam. Sementara itu, Sang Murid kembali selamat berkat pertolongan Allah SWT.
Sang Murid kembali menemui Sang Raja. Sang Raja kembali merasa heran karena Sang Murid masih juga hidup. Sang Raja berkata,” Apa yang telah terjadi dengan para pengawalku?”
Sang Murid menjawab,” Allah tellah melindungiku dari mereka. Engkau tidak akan mampu membunuhku hingga engkau melakukan apa yang aku perintahkan kepadamu.”
Sang Raja bertanya,” Apa itu?”
Sang Murid menjawab,” Kumpulkan orang-orang disuatu tempat yang luas dan saliblah aku di sebuah kayu. Kemudian, ambillah sebilah anak panah milikku. Letakan anak panah itu dibusur dan katakanlah,’Dengan menyebut nama Allah, Tuhan Si Pemuda ini.’ Kemudian lepaskan anak panah itu ke arahku. Jika engkau melakukan semua itu, engkau pasti mampu membunuhku.”
Sang Raja lalu mengumpulkan orang-orang di sebuah lapangan luas dan menyalib Sang Murid di sebuah kayu. Selanjutnya, Sang Raja mengambil sebilah anak panah milik Sang Murid yang disalib itu dan meletakannya ditali busur. Sebelum melepaskan anak panah itu, Sang Raja berkata,” Dengan menyebut nama Allah,Tuhan Si Pemuda ini.” Kemudian, Ia melepaskan anak panak ke arah Sang Murid. Anak panah itu melesat dengan kecepatan tinggi dan menancap tepat di dada Sang Murid. Seketika itu juga, Sang Murid menemui ajalnya sebagai syahid.
Orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut lalu berseteru, “Kami beriman kepada Tuhan Si Pemuda.” Mendengar orang-orang menyatakan keimanannya kepada Allah,Sang Raja Marah. Namun, orang-orang memperingatkan bahwa apa yang dikatakan oleh Sang Murid terbukti dan kini semua orang telah menyatakan keimanannya.
Kemarahan Sang Raja tak bisa dibendung lagi. Ia pun memerintahkan para pengawalnya untuk menggali tanah sehingga menjadi lubang-lubang yang memanjang (al-ukhdud). Setelah lubang-lubang itu jadi, Sang raja memerintahkan untuk menyalakan api dilubang-lubang itu. Api berkobar dengan panasnya yang menyengat. Lalu, Sang Raja berkata,” Barang siapa tidak mau keluar dari agamanya, lompatlah ke dalam api.”
Tanpa harus dipaksa, orang-orang pun kemudian terjun ke dalam api. Mereka lebih baik mati terpanggang oleh api dari pada harus hidup dalam kesesatan. Salah seorang wanita yang menggendong anak sempat ragu untuk terjun, namun tiba-tiba anaknya berkata,” Wahai ibu, bersabarlah! Sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran.”
Demikian, Sang Murid rela mengorbankan dirinya untuk bisa membuktikan kebenarannya sebagai hamba Allah. Pengorbanannya ternyata sia-sia karena semua orang yang menyaksikan kematia nya akhirnya beriman kepada Allah.
Rasulullah saw. Menceritakan bahwa ada seorang raja yang mempunyai pembantu seorang tukang sihir yang sudah tua. Tukang sihir itu merasa khawatir ajalnya tinggal sebentar lagi. Oleh karena itu, ia meminta kepada Sang raja untuk mencarikan seorang murid agar ia bisa menurunkan semua ilmunya kepada murid tersebut. Sang raja pun mengabulkan permintaan tukang sihir. Tukang sihir sangat senang ketika murid yang diinginkannya telah datang. Ia pun mulai mengajarkan keahliannya untuk dipelajari oleh Sang murid.
Suatu hari, ketika pulang dari istana, Sang murid berjalan melewati suatu tempat yang merupakan tempat tinggal seorang ahli ibadah. Ia bahkan sempat bertemu dengan ahli ibadah tersebut. Pertemuan itu sangat membekas dalam hati sang murid karena Si Ahli Ibadah menyampaikan sesuatu yang menurutnya sangat baik bagi kehidupannya. Ketertarikan makin kuat ketika Si Ahli Ibadah memberitahukan lebih banyak hal tentang kebenaran.
Ketertarikan tehadap ahli ibadah tersebut membuatnya senantiasa mampir sebelum pergi ke istana tempat Si Tukang Sihir mengajarkan ilmunya. Begitu pula ketika dalam perjalanan pulang, ia selalu mampir terlebih dahulu ke tempat ahli ibadah tersebut.
Tentu saja hal ini membuat Sang Murid sering terlambat sampai istana, atau saat pulang kerumahnya. Tukang Sihir sering kali marah dan memukuli atas keterlambatannya tersebut. Hal ini membuat dirinya murung saat mendengarkan nasihat dari Ahli Ibadah. Si Ahli ibadah melihat kesedihan di wajah Sang Murid dan kemudian bertanya,”Nak, apa yang yang telat terjadi dengan dirimu? Wajahmu tampak sedih dan binggung.”
Sang Murid lalu berkata,”Tuan sesungguhnya saya sangat senang berada disini mendengarkan semua nasihat Tuan. Namun, saya disini membuat saya terlambat datang ke istana guna menerima pelajaran darinya.”
Si Ahli ibadah tersenyum mendengar jawaban Sang Murid. Ia sangat mengerti keadaan pemuda yang ada dihadapannya ini. Lalu, ia berkata,”Anakku,janganlah engkau khawatir dengan keadaanmu. Jika engkau terlambat datang ke istana, katakana kepada tukang sihir itu membuat keluargamu menahanmu untuk datang tepat waktu. Jika engkau terlambat pulang kerumah,katakan kepada keluargamu bahwa Si Tukang Sihir menahanmu untuk pulang tepat waktu.”
Sang Murid merasa sangat senang karena telah menemukan alasan jika ia terlambat datang ke istana atau pulang terlambat. Ia pun kemudian mengucapkan terima kasih kepada Si Ahli Ibadah.
Pada suatu hari, Ketika dalam perjalanan,Sang Murid melihat sekor binatang yang sangat besar menghalangi jalan umum yang serig dilewatinya. Tiba-tiba saja,ia berpikir bahwa sekaranglah saatnya untuk menentukan siapa yang harus diikutinya, Si Tukang Sihir atau Si Ahli Ibadah.
Ia pun kemudian mengambil sebuah batu seraya berkata,” Ya Allah jika ajaran Si Ahli Ibadah lebih engkau ridhoi dari pada ajaran Si Tukang Sihir, bunuhlah binatang besar yang ada dihadapanku ini sehingga orang-orang bisa melanjutkan perjalannya.
Lalu, dengan sekuat tenaga, batu yang ada ditangannya dilemparkan ke arah binatang besar itu. Binatang besar itu langsung mati saat batu yang dilempar tadi mengenai tubuhnya. Orang-orang yang menyaksikannya menyangka bahwa binatang besar itu mati karena terkena ilmu sihir yang dimiliki Sang Murid.
Setelah itu, Sang Murid pergi menemui Si Ahli Ibadah dan menceritakan kejadian yang telah dialaminya. Si Ahli Ibadah sangat kagum dengan sikap yang diperlihatkan pemuda itu. Ia lalu berkata,”Anakku, hari ini engkau telah memperlihatkan dirimu sebagai orang yang lebih hebat dariku. Suatu hari nanti, engkau akan mendapatkan ujian dan cobaan yang berat. Oleh karena itu,tetaplah bersabar dalam menghadapinya. Aku juga berpesan kepadamu, janganlah engkau memberitahukan tentang diriku kepada siapapun.” Sang Murid menganggukkan kepala.
Beberapa waktu kemudian, Allah menganugerahi Sang Murid kemampuan untuk bisa menyembuhkan penyakit buta,kusta, dan lainnya. Sang Murid menyadari betul bahwa kemampuannya tersebut merupakan anugerah Allah swt. Selain itu berdakwah mengajak manusia untuk beriman kepada Allah swt, Sang murid senantiasa mengobati dan menyembuhkan orang-orang yang sakit. Berita tentang kemampuan Sang Murid menyebar ke seluruh pelosok negeri.
Seorang pembantu raja di istana yang buta mengetahui kemampuan Sang Murid. Ia pun mendatangi Sang Murid dan meminta untuk menyembuhkan matanya yang buta. Sang Murid kemudian berkata,”Sebenarnya aku tidak mampu menyembuhkan seorang pun, tetapi Allah lah yang menyembuhkannnya. Jika engkau mau beriman kepada Allah swt, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.”pembantu raja itu pun menyatakan keimanannya kepada Allah dan Allah menyembuhkan matanya sehingga ia bisa melihat kembali.
Suatu hari,pembantu raja itu bertemu dengan Sang Raja. Sang Raja sangat heran karena mata pembantunya itu kini telah sembuh. Sang Raja lalu bertanya kepada pembantunya itu kini,”Siapakah yang telah menyembuhkan matamu itu?”
Lalu, pembantu raja menjawab,”Tuhanku Allah.”
Kening Sang Raja tampak berkerut mendengar jawaban pembantunya. Ia sangat kaget dengan jawaban pembantunya itu. Lalu, Sang Raja bertanya kembali,” Apakah kamu mempunyai tuhan selain aku?”
“Tuhanku adalah Tuhanmu, yaitu Allah.” Jawab pembantu raja itu dengan tenang tegas.
Mendengar jawaban pembantunya itu, Sang Raja menjadi marah. Lalu, Ia memerintahkan agar pembantunya itu ditahan dan disiksa hingga memberitahukan nama orang yang telah menyembuhkan matanya.
Singkat cerita, Sang Murid dihadapkan sebagai kepada Sang Raja. Sang Raja mengenal pemuda yang ada dihadapannya sebagai murid tukang sihirinya. Sang Raja lalu berkata,” Anak Muda, kemampuan sihirmu ku dengar mampu menyembuhkan orang buta, penderita kusta, dan berbagai penyakit lainnya.”
Sang Murid kemudian menjawab,”Aku tidak menyembuhkan seorang pun, Tetapi Allah-lah yang menyembuhkannya.”
Rupanya,jawaban yang didengar Sang Raja sama dengan jawaban dari pembantunya. Sang Raja pun marah dan memerintahkan pengawalnya untuk menahan Sang Murid dan menyiksanya. Siksaan yang bertubi-tubi diterima Sang Murid hingga akhirnya ia memberitahukan bahwa yang mengajarkannya adalah Si Ahli Ibadah.
Lalu, Si Ahli Ibadah dihadapkan kepada sang raja dan di paksa untuk keluar dari keyakinannya. Namun,Si Ahli Ibadah menolak keinginan Sang Raja. Sang Raja begitu marah dengan sikap Si Ahli Ibadah. Akhirnya, ia memerintahkan pengawalnya untuk menghukum mati Si Ahli Ibadah.
Giliran pembantu raja tiba, ia pun dipaksa untuk keluar dari apa yang telah diyakininya hingga Sang Raja pun menghukum matinya dirinya. Sang Raja lalu memerintahkan pengawalnya untuk membawa Sang Murid ke hadapannya. Kembali Sang Raja memaksa Sang Murid seraya berkata,”Keluarlah dari agamamu!”
Sang Murid hanya tersenyum mendengar keinginan Sang Raja yang begitu memaksa. Lalu ia pun berkata dengan tegas,” Aku telah yakin kepada Allah dengan segenap jiwaku dan aku tidak pernah menuruti kemauan anda.”
Jawaban Sang Murid kembali membuat Sang Raja marah. Ia pun memerintahkan pengawalnya seraya berkata,” Bawa pemuda ini ke atas bukit yang tinggi,lalu panjat tebingnya. Jika kalian telah sampai ke puncak, lemparlah pemuda ini, kecuali kalau dia mau keluar dari agamanya.”
Para pengawal membawa Sang Murid ke puncak bukit. Ketika mereka sampai disana, Sang Murid lalu berdoa kepada Allah,” Ya Allah, lindungilah hamba dari mereka dengan cara apa saja yang Engkau kehendaki.” Tiba-tiba saja bukit itu berguncang sehingga orang-orang yang membawa Sang Murid itu berjatuhan dari atas bukit. Kemudian, Sang Murid kembali menemui Sang Raja.
Sang Raja merasa heran melihat Sang Murid ternyata masih hidup. Ia lalu bertanya,” Apa yang tejadi dengan orang-orang yang membawamu?”
Sang Murid menjawab,” Allahlah telah melindungiku dari mereka.”
Sang Raja sangat kesal melihat Sang Murid selamat dan masih tetap memegang teguh keyakinannya. Ia pun memerintahan pengawalnya yang lain unutkn membawa dan berkata,”Bawalah ia denga perahu ke tengah laut. Lalu, lemparkan pemuda ini, kecuali kalau dia mau keluar dari agamanya.”
Para pengawal langsung pergi membawa Sang Murid ke tengah laut dengan menggunakan perahu. Sang Murid kemudian kembali berdoa,Ya Allah, lindungi hamba dengan cara apa saja yang Engkau kehendaki.” Tiba-tiba perahu yang mereka tumpangi terbalik dan para pengawalnya itu tenggelam. Sementara itu, Sang Murid kembali selamat berkat pertolongan Allah SWT.
Sang Murid kembali menemui Sang Raja. Sang Raja kembali merasa heran karena Sang Murid masih juga hidup. Sang Raja berkata,” Apa yang telah terjadi dengan para pengawalku?”
Sang Murid menjawab,” Allah tellah melindungiku dari mereka. Engkau tidak akan mampu membunuhku hingga engkau melakukan apa yang aku perintahkan kepadamu.”
Sang Raja bertanya,” Apa itu?”
Sang Murid menjawab,” Kumpulkan orang-orang disuatu tempat yang luas dan saliblah aku di sebuah kayu. Kemudian, ambillah sebilah anak panah milikku. Letakan anak panah itu dibusur dan katakanlah,’Dengan menyebut nama Allah, Tuhan Si Pemuda ini.’ Kemudian lepaskan anak panah itu ke arahku. Jika engkau melakukan semua itu, engkau pasti mampu membunuhku.”
Sang Raja lalu mengumpulkan orang-orang di sebuah lapangan luas dan menyalib Sang Murid di sebuah kayu. Selanjutnya, Sang Raja mengambil sebilah anak panah milik Sang Murid yang disalib itu dan meletakannya ditali busur. Sebelum melepaskan anak panah itu, Sang Raja berkata,” Dengan menyebut nama Allah,Tuhan Si Pemuda ini.” Kemudian, Ia melepaskan anak panak ke arah Sang Murid. Anak panah itu melesat dengan kecepatan tinggi dan menancap tepat di dada Sang Murid. Seketika itu juga, Sang Murid menemui ajalnya sebagai syahid.
Orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut lalu berseteru, “Kami beriman kepada Tuhan Si Pemuda.” Mendengar orang-orang menyatakan keimanannya kepada Allah,Sang Raja Marah. Namun, orang-orang memperingatkan bahwa apa yang dikatakan oleh Sang Murid terbukti dan kini semua orang telah menyatakan keimanannya.
Kemarahan Sang Raja tak bisa dibendung lagi. Ia pun memerintahkan para pengawalnya untuk menggali tanah sehingga menjadi lubang-lubang yang memanjang (al-ukhdud). Setelah lubang-lubang itu jadi, Sang raja memerintahkan untuk menyalakan api dilubang-lubang itu. Api berkobar dengan panasnya yang menyengat. Lalu, Sang Raja berkata,” Barang siapa tidak mau keluar dari agamanya, lompatlah ke dalam api.”
Tanpa harus dipaksa, orang-orang pun kemudian terjun ke dalam api. Mereka lebih baik mati terpanggang oleh api dari pada harus hidup dalam kesesatan. Salah seorang wanita yang menggendong anak sempat ragu untuk terjun, namun tiba-tiba anaknya berkata,” Wahai ibu, bersabarlah! Sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran.”
Demikian, Sang Murid rela mengorbankan dirinya untuk bisa membuktikan kebenarannya sebagai hamba Allah. Pengorbanannya ternyata sia-sia karena semua orang yang menyaksikan kematia nya akhirnya beriman kepada Allah.
Comments
Post a Comment