Dikisahkan, ada seorang ulama yang memiliki sejumlah murid. Namun, dari semua murid-muridnya, ada satu murid yang paling disayang oleh Sang Ulama.
Hal ini tentu saja membuat murid-murid yang lain iri dengan sikap gurunya tersebut. Mereka berpikir bahwa mereka pun berhak mendapatkan kasih sayang yang sama. Oleh karena itu, mereka kemudian berencana untuk mendatangi gurunya dan mempertanyakan sikap tersebut.
Keesokan hari, mereka benar-benar datang menghadap Sang Ulama. Salah seorang dari mereka kemudian berkata,”Wahai , Guru, sesungguhnya kami datang untuk bertanya kepada Guru tentang sesuatu yang penting.”
“Apa itu, wahai, Muridku?” tanya Sang Ulama penasaran.
Lalu, murid tertua bicara,”Begini, Guru,kami melihat sikap Guru terhadap Fulan sangat berbeda dengan sikap guru terhadap kami. Kami merasa guru lebih menyayangi Fulan dari pada kami. Bukankah kami juga murid-muridmu?
Baiklah, aku menjawab pertanyaan kalian besok. Oleh karena itu, aku minta kalian datang besok pagi bersama Fulan,” tutur Sang Ulama dengan tegas.
Keesokan hari, berkumpullah murid-murid Sang Ulama, termasuk murid kesayangannya. Mereka merasa penasaran dengan yang akan disampaikan oleh guru mereka. Akan tetapi, mereka merasa heran ketika melihat ada sangkar burung yang berisi beberapa burung di dalamnya. Mereka hanya bisa bertanya-tanya apa yang akan terjadi.
Tiba-tiba, Sang Ulama berbicara,” Murid-muridku, pagi ini aku kumpulkan kalian disini untuk melakukan sesuatu. Aku akan memberikan kalian masing-masing sebilah pisau dan seekor burung untuk kalian sembelih. Namun syaratnya, saat kalian menyembelih burung itu, pastikan tidak ada siapa pun yang melihat kalian.”
Lalu, mereka pun mendapatkan sebilah pisau dan seekor burung ditangan mereka. Tak berapa lama, mereka kemudian menyebar mencari tempat untuk menyembelih burung yang ada ditangan mereka. Ada yang pergi ke belakang bangunan, lalu langsung menyembelih burung yang dibawa. Ada juga yang pergi ke balik semak-semak untuk kemudian menyembelih burung yang dibawa.
Setelah beberapa lama, akhirnya semua murid telah kembali kehadapan gurunya. Sang Ulama melihat semua murid-muridnya telah menyembelih burung yang mereka bawa, kecuali satu orang, yaitu murid kesayangannya.
Salah seorang murid berkata,”Wahai, Guru, kami telah menunaikan tugas yang telah guru berikan kepada kami, Kecuali murid kesayangan Guru. Bukankah ini bukti bahwa Guru tidak seharusnya lebih menyayangi dia dibandingkan kami?”
“Tunggu sebentar, kita belum tahu alasan apa yang membuat dia tidak melakukan tugas,” kata Sang Ulama sambil mengalihkan pandangan ke arah murid kesayangannya. Lalu, Sang Ulama bertanya kepadanya,” Wahai, Fulan muridku, mengapa engkau tidak melaksanakan tugas yang aku perintahkan kepadamu?”
Lalu,Fulan menjawab,” Wahai Guru,memaafkan saya. Bukannya saya tidak mau melaksanakan perintah guru, tapi bukankah guru telah memerintahkan kami untuk menyembelih burung ini di tempat yang tidak ada siapa pun yang melihat. Saya telah berusaha mencari tempat itu. Namun, ke mana pun saya pergi, Allah tetap melihat apa yang akan saya lakukan. Oleh karena itu, saya tidak bisa menunaikan perintah itu hingga saat ini.”
Sang Ulama tersenyum mendengar jawaban murid kesayangannya itu. Sementara itu, murid-muridnya yang lain terdiam dan menundukkan.
Lalu, Sang Ulama berkata,” Nah, Murid-muridku, kalian sudah tahu mengapa aku lebih menyayangi dia. Dia telah merasa Allah senantiasa mengawasi semua yang dilakukannya, sedangkan kalian belum. Oleh karena itu, berusahalah untuk bisa merasakan keberadaan Allah dalam diri kalian.”
Comments
Post a Comment